Rentenir pasrah, hutang dibayar pokoknya saja (Kisah Nyata)

Setelah berkoordinasi dan diarahkan oleh Ketua umum, tim GARR langsung meluncur ke daerah Petamburan,Jakarta, ke tempat salah satu klien. Sebut saja namanya ibu ‘N’, .

N sebelumnya datang menemui GARR mengadukan permasalahannya yang punya sangkutan ke beberapa rentenir. Hutangnya hampir ratusan juta.Tiap harinya dia harus mengeluarkan dari kantongnya 400 ribu untuk membayar kepada rentenir-rentenir tersebut.

Waktu awal menemui GARR, beliau bersama suaminya menceritakan kronologi permasalahan hutang dari awal hingga akhir. Suaminya pun belum lama mengetahui kalau istrinya ternyata tersangkut masalah hutang yang begitu besar kepada para lintah darat. Tiap kali diberi uang belanja lebih, selalu saja sekejap lenyap .Heran juga sang suami.

Sesuai prosedur, Tim GARR menerangkan kepada mereka tentang dosa riba dan mengajak mereka untuk taubat, berjanji untuk tidk melakukan hal yang sama. Kemudian disepakati hari yang telah ditentukan untuk mendampingi penyelesaian kasus.

Dari Markas Besar GARR yang terletak di Bekasi Kota, tim meluncur ke Petamburan naik kereta. Lebih efektif dan efisien dan qodarullah tempat klien  berdekatan dengan stasiun.

Sesampainya di stasiun Tanah abang  tim dijemput suami bu “N”, jalan kira-kira 20 menit sampailah di tempat yang dituju. Bu “N” sudh menunggu betul rupanya kedatangan kami.

Tidak lama berbincang, sekitar 30 menit, salah satu perwakilan GARR meminta bu “N’ untuk menelpon salah satu rentenir yang mau ditangani permasalahanya.

“ Assalamualaykum, bang lagi dimana?”Kalau bisa ke rumah ya, hutang-hutangnya mau diselesaikan permasalahannya”, Ucap Bu N ke rentenir .

Samar-samar terdengar suara di ponsel

“okey tunggu aja, jam 10, aku kesitu”

Sekitar pukul 10 .00 WIB, akhirnya rentenir yang berbadan besar, jari penuh batu akik, tiba juga di tempat tim GARR menunggu.

Suami bu N langsung membuka pembicaraan to the point pada masalah hutang. Beliau minta kebijakan untuk diringankan.

Belum selesai bicara si “D” rentenir yang sudah terlalu gandrung makan uang riba langsung memotong. “ Tidak bisa dong, dulu kan perjanjiannya bukan begitu, hutang mu tetap harus lunas dibayar”.

Kemudian ditimpali lagi suami N, dibantu bu N juga. Suasana mulai panas. Rentenir rupanya tak terima usulan suami N.

Melihat kondisi tidak kondusif, perwakilan dari GARR akhirnya mulai bicara menengahi. Diungkap dalil-dalil dari Al-Qur’an dan Hadits tentang haramnya riba. Menasehati rentenir untuk meninggalkan pekerjaan terkutuk yang dia lakukan.

Bukannya sadar, dan berubah waras, si “D” malah geram, matanya memerah, tubuhnya bergetar refleksi dari luapan emosi tertahan.

“ Jangan bawa-bawa agama!,masalah agama belakangan saja, ini hutang harus dibayar!”ujar  D

“ Hutang mana yang bapak maksud?!”tegas perwakilan GARR,hutang yang wajib dibayar ibu N hanya hutang pokoknya saja, hutang yang sesuai hitungan bapak haram dibayar”.

“ Namanya hutang ya harus dibayar, ya dong..masa mau ngingkari janji” jawab rentenir dengan nada geram

“ Tidak ada perjanjian sah di atas pelanggaran hukum, kalau bapak tidak mau dibayar hutang sesuai pokoknya,mending tidak usah dibayar sama sekali” Tegas Tim.

Diskusi semakin alot dan panas, laskar yang berjaga di luar rumah sudah bersiap-siap , berjaga terjadi hal yang tidak diinginkan.

Atas izin Alloh Subhanahu wa Ta’ala , sebelum masuk waktu dzuhur , si rentenir menyerah. Dia menyetujui ketentuan GARR. Hutang di bayar pokoknya saja.

Hutang yang menurut hitungan rentenir 26 juta rupiah, kini hanya dibayar pihak bu N dan suaminya hanya sekitar 11 jutaan, bunga yang berbau riba dipangkas habis.

Tim sukses atas pertolongan Alloh... Alhamdulillah.